" wahhh !" Airin terpana sambil membeliakkan matanya . sebuah buku bersaiz sederhana bertajuk 'how to deal with maths' tersimpan rapi di dalam kotak itu . walaupun buku itu kelihatan agak lusuh seperti sudah lama digunakan , namun Airin berasa sangat terharu dengan pemberian ikhlas ini . nampaknya Dominic sanggup menyelidik kelemahannya dan berniat untuk membantu dalam pencapaian prestasinya . Airin membelek perlahan buku itu , sehelai demi sehelai . kandungannya agak bernas , fikir Airin . dia membelek lagi sehinggalah dia terjumpa sehelai kertas kecil yang sengaja diselitkan di tengah tengah helaian buku itu . Airin mengambilnya dan membaca isi kertas kecil itu .
dear Airin ,
thanks for accepting my humble gift . i am Dominic , your head prefect in school . i hope you will not recognize me as a head prefect , let me be your special senior , boleh kan ?
Airin mengangguk perlahan , seolah olah Dominic dapat memerhatikan reaksinya . Airin tersenyum lebar dan menggeleng perlahan . tidak menyangka dirinya yang serba kekurangan dapat menarik perhatian ketua pengawas yang sangat berpengaruh itu . Hazmin ? nama itu kembali berlegar legar di fakuti minda Airin . Airin sukakan pemuda itu , tapi sekadar suka suka sahaja . mana mungkin perasaannya akan kekal . lagi satu bulan dirinya akan menghadapi SPM , Airin sedar waktu tidak mengizinkannya untuk terus hanyut melayani jiwa remajanya . lantas Airin mencapai buku pemberian Dominic itu dan leka dengan isi kandungannya .malam itu , Airin menuruni tangga dengan langkah yang malas . Zara yang sedang bersilang kaki di sofa ruang tamu sambi membaca majalah keluarga segera memalingkan mukanya ke arah Airin yang monyok itu .
" adik , kenapa tak makan tengah hari tadi ? penat umi pergi beli dekat restoran depan tu , tahu ? " Zara memulakan sesi syarahannya . Airin membuat muka bodoh , terus menuju ke meja makan , membuka tudung saji .
" adik lupa nak makan tadi , umi . bila umi balik ? mana babah ? eh , mana semua lauk ni , umi ? adik laparlah pula ," Airin merengek meminta makanan . Zara kelihatan rimas dihujani soalan Airin yang bertalu talu .
" semua ada dalam fridge . nak makan , hangatkan dalam microwave . don't ever mention his name . umi tak suka ," Zara menutup majalahnya dan terus beredar dari ruang tamu itu . Airin mengerutkan keningnya , pelik dengan jawapan Zara yang mana dalam pandangannya agak kurang matang . Airin menjungkitkan bahu dan bernyanyi riang sementara menyiapkan hidangan makan malamnya . tiba tiba pintu utama banglo itu dikuak dari arah luar .
" babah ! kenapa baru balik ? " seperti biasa Airin memulakan aksi manjanya dengan berlari anak ke arah Ghazi dan memeluk babahnya erat . Ghazi yang nampak agak kepenatan segera mengusap ubun ubun anak bongsunya itu .
" banyak kerja , sayang . eh mana umi ? " mata Ghazi meliar mencari kelibat Zara namun hampa . Airin menjuihkan bibirnya dan membuat reaksi kurang senang . dia menarik babahnya ke meja makan .
" umi marah adik tadi sebab adik tanya mana babah pergi ," Airin berkata sayu . Ghazi memicit dahinya .
" marah sangat sangat ke ? "
" entahlah bah . sebenarnya apa masalah babah ? umi macam anti sangat dengar nama babah ."
" private matter , sayang . babah tak boleh nak cakap ,"
" jangnlah gaduh lagi . adik mogok kang baru tahu ,"
" pandai eh nak ugut babah . ada ada saja adik ni ,"
" biarlah . haha . adik sayang babah , umi , kakak dan semua . tak mahu gaduh gaduh , tak best ,"
" yelah , adik . jom teman babah makan , lapar pulak ," Ghazi cuba menukar topik . sesungguhnya hatinya sangat berat untuk terus bercerita akan pergolakan rumah tangganya . seakan dia cuba membuka pekung di dada seandainya dia berkongsi masalahnya dengan Airin . jiwanya seolah olah dicarik carik apabila Airin memberitahu respon Zara terhadapnya . apa salahku ?